6 Hasil apresiasi tari dapat menghasilkan : a. Sesuatu produk yang inovatif dan kreatif. b. Mendapatkan pengalaman, wawasan dan kekaguman terhadap karya seni (tari) c. Menimbulkan rasa percaya diri dan status sosial yang tinggi karena dapat menilai karya seni (tari) d. Kebosanan, kejenuhan dan ketidaktertarikan terhadap karya seni (tari) 7.
Perbanyakmelakukan pengamatan pada penampilan tari supaya dapat menemukan keunikan, kekhasan, serta maknanya. 2. Apresiasi Keunikan Gerak Tari Nusantara. Sebagai langkah apresiasi seni tari Nusantara bisa diwujudkan dengan memahami keunikan gerak tari Nusantara.
6 Hasil apresiasi tari dapat menghasilkan : a. Sesuatu produk yang inovatif dan kreatif. b. Mendapatkan pengalaman, wawasan dan kekaguman terhadap karya seni (tari) c. Menimbulkan rasa percaya diri dan status sosial yang tinggi karena dapat menilai karya seni (tari) d. Kebosanan, kejenuhan dan ketidaktertarikan terhadap karya seni (tari) KUNCI JAWABAN : a. Sesuatu produk yang inovatif dan kreatif
Hasilapresiasi tari dapat menghasilkan a. Pengalaman, wawasan, dan kekaguman terhadap karya seni tari b. Sesuatu produk yang inovatif dan kreatif c. Rasa percaya diri dan status social yang tinggi karena dapat menilai karya seni d. Kebosanan, kejenuhan, dan ketidak tertarikan terhadap karya seni tari e.
Penghargaanitu diberikan karena Bima dianggap berhasil menciptakan ketahanan pangan mandiri pada masa pandemi Covid-19 lewat gerakan urban farming "Bogor Berkebun". MUFPP adalah sebuah lembaga internasional yang concern terhadap isu-isu pangan. Saat ini lembaga tersebut tengah mengundang sejumlah kepala daerah untuk menghadiri Forum Urban 20
contoh poster tentang pubertas yang mudah digambar. Tari Tani – Bertani merupakan profesi yang dilakoni oleh banyak masyarakat di Indonesia. Sebagai bentuk apresiasi dan kreatifitas terhadap kegiatan yang memenuhi berbagai kebutuhan ini, hadir tari Tani yang dikreasikan oleh para seniman di Jawa. Kesenian tari dapat menjadi sarana yang fungsional bagi masyarakat untuk mencurahkan daya kreatifitasnya, termasuk menjadikan kegiatan bertani menjadi tarian. Pentingnya keberadaan seorang petani seringkali tidak disadari oleh masyarakat, bahkan cukup banyak yang memandangnya sebagai pekerjaan remeh. Padahal, tidak semua orang dapat bertahan di tengah lingkungan dan kewajiban petani. Dibutuhkan keterampilan, jam terbang, serta kepekaan terhadap kondisi tanaman hingga alam agar bisa dipanen pada akhirnya. Berikut ulasan lebih jauh mengenai tarian Tani Asal Tari Tani Indonesia dikenal kaya akan kebudayaan, mengingat beragamnya suku yang ada di negara kepulauan ini. Mulai dari tarian yang membahas kisah perjuangan tentara kerajaan, percintaan, hingga aktivitas yang digeluti masyarakat sehari-hari seperti bertani. Mendengar namanya, mungkin banyak orang yang sudah dapat menebak jika tarian ini menceritakan seputar kegiatan bertani. Kata “tani” sendiri diambil dari kata bertani, profesi mulia yang menghasilkan bahan pokok yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari. Tarian ini diciptakan dan berkembang di daerah Jawa, khususnya Demak. Para seniman di Demak terinspirasi oleh aktivitas pertanian yang banyak digeluti masyarakat sebagai mata pencaharian utamanya. Baca Juga Tari Tayub Sejarah Tari Tani Tarian yang terdapat di wilayah Jawa cukup banyak, karena memiliki beragam kisah serta legenda setempat yang menjadi peninggalan bersejarah. Di Kabupaten Demak, banyak warga yang profesi utamanya adalah petani. Mata pencaharian ini dilakukan oleh mayoritas warga agar bisa mendapatkan hasil terbaik. Hingga kini, belum diketahui dengan pasti mengenai siapa pencipta dan kapan tahun pertama kali diciptakannya tarian ini, karena telah berkembang dan dikenalkan sejak cukup lama. Kendati demikian, tarian ini masih terus dilestarikan karena sangat unik, dimana para penari terlihat seolah-olah sedang melakukan aktivitas pertanian. Jika dulunya tarian ini sebatas hiburan untuk masyarakat sekitar, sekarang kehadirannya terus berkembang sehingga lebih banyak yang mengenalinya. Tidak jarang, masyarakat menampilkannya di berbagai acara hingga festival kebudayaan. Di berbagai institusi pendidikan misalnya sekolah dan universitas, tidak jarang tarian ini ditampilkan di acara tertentu sebagai hiburan. Properti Tari Tani Dalam setiap tarian tradisional, dibutuhkan properti yang dapat mendukung berjalannya pertunjukan. Keberadaan properti dapat menggambarkan lebih nyata hal yang hendak disampaikan dari sebuah tarian, sama halnya tarian Tani. Agar dapat menggambarkan aktivitas bertani dengan lebih nyata, berikut berbagai properti yang dibutuhkan 1. Cangkul Properti paling utama dalam tarian Tani adalah benda yang digunakan para petani untuk bekerja, yakni cangkul. Dalam bertani, peran cangkul begitu penting karena berfungsi untuk menggarap sawah sehingga bisa ditanami padi yang nantinya menjadi makanan pokok masyarakat, yakni nasi. Cangkul sebagai properti tari dapat menunjukkan karakteristik petani ketika mengerjakan sawahnya. Di Jawa, cangkul disebut juga pacul mengandung filosofi tersendiri. Pacul bermakna membuang bagian menonjol sehingga menjadi rata. Hal yang dimaksud menonjol ini adalah dosa manusia. Oleh karena itu, manusia diminta menyadari kekurangan serta dosanya sehingga tidak sombong dan “meratakan” dosanya dengan perbuatan baik terhadap sesama. Contohnya bertani yang dapat memberi manfaat bagi banyak orang. 2. Caping Properti berikutnya dalam tari Tani adalah caping. Benda ini adalah topi dengan bentuk kerucut yang dikenakan petani ketika sedang bekerja. Caping dibuat dari bambu, dengan fungsi melindungi kepala saat bekerja karena seringkali terkena sengatan terik matahari. Tidak heran saat melihat caping, banyak orang mengasosiasikannya dengan masyarakat tradisional Indonesia. Caping bentuknya mengerucut pada bagian atas, membentuk gunung dan merupakan lambang sumber kehidupan makhluk hidup. Warga di Jawa memaknai jika gunung ini menyimbolkan Tuhan sebagai pemberi berkat yang ada di puncak sehingga wajib disembah. Manusia wajib memiliki fondasi kuat untuk berpegang teguh kepada Tuhan. 3. Pakaian Petani Pakaian yang dikenakan oleh penari adalah baju adat untuk bertani. Umumnya perempuan memakai kebaya khas dari pedesaan yang belum terpapar modernsisasi. Sementara itu penari laki-laki memakai baju berwarna hitam yang khas petani, disebut juga baju Warok. Pakaian petani menggambarkan bagaimana kesederhanaan hidup petani. Baca Juga Tari Tempurung Pola Lantai Tari Tani Pola lantai memiliki andil dalam sebuah pertunjukan tari. Tujuannya adalah mengarahkan posisi gerak penari dalam membawakan tariannya. Terlebih, pola lantai juga mengandung filosofi yang menjadi harapan dan doa dalam sebuah tarian. Berhubung ada cukup banyak gerakan yang terdapat di tarian ini, pola yang ada juga tidak pasti. Misalnya gerakan improvisasi yang dilakukan penari, menghasilkan pola lantai yang acak. Namun di beberapa adegan tertentu terlihat pola horizontal dimana penari berjejer sambil melakukan kegiatan bercocok tanam. Pola ini melambangkan bagaimana manusia diciptakan Tuhan, yakni setara sebagai sesama ciptaan-Nya. Di beberapa bagian juga ada pola melingkar, misalnya saat penari beristirahat bersama dan membicarakan berbagai hal tentang kehidupannya. Pola zig zag juga memungkinkan untuk dilakukan ketika pergantian adegan misalnya memetik hasil panen di sawahnya. Baca Juga Tari Topeng Gerakan Tari Tani Gerakan yang dibawakan para penari dalam tarian ini berfokus pada kegiatan para petani di sawah. Dengan durasi yang cukup panjang, tariannya mampu menunjukkan berbagai tindakan yang dilakukan para petani. Penonton akan disuguhkan penampilan dimana penari mencangkul, mulai menanam benih, menyiangi tanaman, dan masih banyak gerakan yang lainnya. Pertunjukan yang lengkap membuat masyarakat dapat mengetahui lebih jauh gambaran apa yang dilakukan petani saat bekerja. Dalam menampilkan berbagai gerakan ini, penari tidak sendirian. Umumnya tari Tani dibawakan oleh kurang lebih 30 orang. Semua memiliki tugas serta posisinya masing-masing. Ada yang bertugas menanam, ada yang mencangkul, dan lain-lain. Keunikan Tari Tani Penggambaran aktivitas bertani yang ditunjukkan dalam tarian ini cukup lengkap, sehingga penonton merasakan seperti benar-benar sedang melihat petani bekerja. Kegiatan bertani tergambar dalam tarian ini begitu nyata, bukan sekadar meniru namun seperti apa adanya baik dari bercocok tanam hingga mengambil hasil panen. Ada juga adegan sedang beristirahat serta minum-minum selepas letih di sawah sehingga terlihat semakin nyata. Dilengkapi dengan properti yang dibuat khusus untuk menampilkan tari Tani, penari dapat mengisahkan banyak hal. Interaksi yang terjadi satu sama lain terlihat natural dan menarik. Meski berkisah tentang bertani, tarian ini juga kerap kali diiringi shalawat yang menjunjung tinggi nama Allah SWT beserta Rasulullah. Shalawat tersebut merupakan perwujudan syukur dan permohonan agar aktivitas bertani berjalan lancar. Nuansa musik yang mengiringinya juga cukup dinamis, dengan berbagai nada dan tempo melalui bende, kecrek, symbal, hingga drumband di acara tertentu. Bunyi dari alat musik tersebut menambah semangat penari serta penonton sehingga tidak jenuh. Apalagi beberapa shalawatnya diaransemen dengan cukup unik sehingga termasuk “anti mainstream”. Para penyanyi yang membawakan selawat membawakannya dengan suara serta cengkok khas. Menandakan seseorang yang bersahaja, tegas, serta mencintai Tuhan dan alam. Fungsi Tari Tani Keberadaan tarian sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia memiliki sejumlah fungsi yang menjadikannya terus dilestarikan hingga kini. Tarian Tani asal Jawa juga memiliki keragaman fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat, seperti berikut ini 1. Fungsi Edukasi Nilai yang ditunjukkan dalam tari Tani menggambarkan kehidupan seorang petani. Secara tidak langsung, hal ini menjadi edukasi bagi penonton untuk lebih mengenal pekerjaan seorang petani yang andilnya sangat besar terhadap kebutuhan pokok, yakni nasi. Melalui gerakan yang ditampilkannya, penonton bisa mendapatkan gambaran bahwa kegiatan ini merupakan hal yang krusial. Meski sekilas nampak sederhana, namun sebenarnya kegiatan ini cukup kompleks dan membutuhkan wawasan serta pengalaman. Untuk itulah profesi petani tidak dapat dipandang sebelah mata, dan justru dianggap sebagai teladan karena membutuhkan upaya serta perhatian tinggi untuk merawat sawahnya hingga panen. 2. Fungsi Hiburan Menyaksikan kegiatan pertanian yang dikemas dalam bentuk tarian merupakan sesuatu yang unik dan menghibur. Pada dasarnya, estetika dan keunikan dalam seni tari menjadikannya sebuah tontonan yang menghibur. Gerakan penari, iringan musik, hingga syair atau puji-pujian tertentu yang diucapkan penari, kombinasi ini membuat tarian semakin menarik untuk disaksikan. 3. Fungsi Sosial Interaksi sosial merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat, begitu juga yang terjadi dalam penampilan tari. Penari bersama pemain musik, dengan penonton, semua membentuk keterhubungan satu dengan lainnya. Pertunjukan tari membuka kesempatan bagi orang-orang untuk bertemu, baik dari wilayah yang sama maupun berbeda. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya pertukaran wawasan, pengalaman, menjadikannya relasi baru. Melalui hal ini, masyarakat Jawa juga dapat meningkatkan sektor pariwisatanya. Tarian yang menarik dan memiliki karakteristik kuat membuatnya mudah diingat dan menjadi sesuatu yang dicari ketika orang datang untuk berlibur atau sekadar berkunjung. Demikian ulasan seputar tari Tani, kesenian asal Jawa yang merupakan penggambaran kehidupan para petani dalam menjalankan profesinya. Sebagai bagian kebudayaan yang menggambarkan karakteristik petani, tarian ini dapat menjadi perwujudan nyata apresiasi terhadap para petani. Dengan mengenalkan tarian ini, generasi muda dapat lebih terbuka dan memahami pentingnya profesi ini. Tari Tani
ArticlePDF Available Abstract and FiguresAbstrakPenelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang keberhasilan pembelajaran eksplorasi gerak tari melalui metode stimulus respon. Objek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1. Yang menjadi dasar penggunaan metode ini adalah pertimbangan akan mampu meningkatkan kompetensi siswa dari hanya mengidentifikasi gerak tari menjadi memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi gerakan tari melalui metode stimulus respon. Dengan menggunakan metode stimulus respon ini siswa dilatih menggunakan kemampuan kreatif dan inovatif yang ada dalam dirinya agar mampu mencapai tingkat produktif berupa melakukan eksplorasi dan menghasilkan gerakan tari. Tindakan dilakukan dalam dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi. Hasil Observasi dan Refleksi pada siklus 1 mengindikasikan bahwa dua kelompok dari empat kelompok siswa telah mampu mengidentifikasi dan membandingkan gerak tari, sedangkan dua kelompok lainnya baru mampu mengidentifikasi gerak tari. Pada siklus II, hasil Observasi dan Refleksi menunjukkan terjadi peningkatan dalam penguasaan mempraktikkan dan menghasilkan gerak tari. Semua kelompok siswa telah mampu mengidentifikasi, membandingkan, mempraktikkan dan mengeksplor gerak tari Bahkan ada satu kelompok telah mampu menghasilkan gerak tari. Direkomendasikan dilakukan remedial untuk kelompok yang belum mampu menguasai kompetensi eksplorasi gerak tari. AbstractThis Classroom Action Research aims to improve the understanding of students' concepts about the success of dance movement learning through the stimulus response method. The object of this study is class XI IPS 1. The basis of the use of this method is the consideration that it will be able to improve student competencies from only identifying dance movements to having the ability to explore dance movements through the stimulus response method. By using this stimulus response method students are trained to use creative and innovative abilities that are within themselves to be able to achieve productive levels in the form of exploring and producing dance movements. The action is carried out in two cycles, each of which consists of four stages, namely Planning, Implementation, Observation and Reflection. Observation and Reflection Results in cycle 1 indicate that two groups of four groups of students have been able to identify and compare dance movements, while the other two groups have only been able to identify dance movements. In the second cycle, the results of observation and reflection showed an increase in mastery in practicing and producing dance moves. All groups of students have been able to identify, compare, practice and explore dance moves. Even one group has been able to produce dance moves. Remedials are recommended for groups that have not been able to master dance movement exploration competencies. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan 17 02 2019 158-166 edagogia Jurnal Ilmu Pendidikan Meningkatkan Pembelajaran Eksplorasi Gerak TariBagi Siswa Melalui Metode Stimulus Respon Henny Kusumawardhani SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat hennykusumawardhani02 This Classroom Action Research aims to improve the understanding of students' concepts about the success of dance movement learning through the stimulus response method. The object of this study is class XI IPS 1. The basis of the use of this method is the consideration that it will be able to improve student competencies from only identifying dance movements to having the ability to explore dance movements through the stimulus response method. By using this stimulus response method students are trained to use creative and innovative abilities that are within themselves to be able to achieve productive levels in the form of exploring and producing dance movements. The action is carried out in two cycles, each of which consists of four stages, namely Planning, Implementation, Observation and Reflection. Observation and Reflection Results in cycle 1 indicate that two groups of four groups of students have been able to identify and compare dance movements, while the other two groups have only been able to identify dance movements. In the second cycle, the results of observation and reflection showed an increase in mastery in practicing and producing dance moves. All groups of students have been able to identify, compare, practice and explore dance moves. Even one group has been able to produce dance moves. Remedials are recommended for groups that have not been able to master dance movement exploration competencies. Keywords Dance Movement Exploration, Stimulus Response Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang keberhasilan pembelajaran eksplorasi gerak tari melalui metode stimulus respon. Objek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1. Yang menjadi dasar penggunaan metode ini adalah pertimbangan akan mampu meningkatkan kompetensi siswa dari hanya mengidentifikasi gerak tari menjadi memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi gerakan tari melalui metode stimulus respon. Dengan menggunakan metode stimulus respon ini siswa dilatih menggunakan kemampuan kreatif dan inovatif yang ada dalam dirinya agar mampu mencapai tingkat produktif berupa melakukan eksplorasi dan menghasilkan gerakan tari. Tindakan dilakukan dalam dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi. Hasil Observasi dan Refleksi pada siklus 1 mengindikasikan bahwa dua kelompok dari empat kelompok siswa telah mampu mengidentifikasi dan membandingkan gerak tari, sedangkan dua kelompok lainnya baru mampu mengidentifikasi gerak tari. Pada siklus II, hasil Observasi dan Refleksi menunjukkan terjadi peningkatan dalam penguasaan mempraktikkan dan menghasilkan gerak tari. Semua kelompok siswa telah mampu mengidentifikasi, membandingkan, mempraktikkan dan mengeksplor gerak tari Bahkan ada satu kelompok telah mampu menghasilkan gerak tari. Direkomendasikan dilakukan remedial untuk kelompok yang belum mampu menguasai kompetensi eksplorasi gerak tari. Kata Kunci Eksplorasi Gerak Tari, Stimulus Respon Naskah Diterima Naskah Direvisi 2019-07-30 Naskah Disetujui 2019-10-07 Henny. Meningkatkan Pembelajaran Eksplorasi.... DOI 2579-7700 1693-5276 A. PENDAHULUAN Undang-undang 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemudian dalam undang-undang tersebut bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumberbelajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar mengajar merupakan interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran Hendrilianti, 2015. Eksploratif lebih di tekankan kepada pendekatan pengajaran yang di lakukan oleh pengajar kepada peserta didik di dalam pembelajaran materi ajar Sudiasa, 2017. Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional, yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar dengan perilaku tertentu dan dalam kondisi tertentu. Tari merupakan karya seni yang dimunculkan melalui keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang berirama dan berjiwa harmonis Destrinelli, 2017. Keterampilan gerak dasar tari merupakan proses belajar anak agar bisa konsentrasi, aktif, ekspresif dan kreatif melalui gerakan-gerakan secara simbolik. Pendidikan seni tari yang termasuk didalamnya gerak dan lagu diberikan kepada anak usia dini agar mempunyai kemampuan dasar yang mencakup persepsi, pengetahuan, apresiasi dan pemahaman. Kemampuan dasar tersebut, diharapkan dapat memberikan kemampuan mengekspresikan diri untuk menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan,dengan memadukan unsur logika,etika dan estetika. Selain hal tersebut pembelajaran seni tari juga ditujukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran sikap menghargai, toleran, demokratis, beradab, dan hidup rukun dengan sesama Hartono, 2012. Tari pada anak usia dini disesuaikan dengan kemampuan gerak yang dapat dilakukan sesuai dengan fase perkembangan kinestetiknya psikomotornya. Standar kompetensi lulusan pembelajaran seni tari sebagai salah satu mata pelajaran seni budaya dan keterampilan di SMA adalah 1. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari dengan memperhatikan dinamika melalui berbagai ragam gerak tari daerah dan wajib dengan alat iringan alat musik sederhana daerah setempat. 2. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari dengan berbagai jenis etnis dan gabungan berbagai musik sebagai iringan, daerah, dan nusantara. 3. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari dengan gerak tari nusantara, daerah,dan nusantara dengan memainkan alat musik sederhana daerah setempat Yustisia 2007, hlm. 95-96. Menurut Anoraga 2000 menerangkan bahwa kemauan aktivitas dalam segala hal karena ada dorongan dalam pribadi seseorang itu sendiri sebagai hasil integrasi keseluruhan daripada kebutuhan pribadi sehingga motivasi siswa harus berorientasi kepada kemauan siswa itu sendiri dalam menghadapi masalah dirinya dalam proses belajar mengajar di kelas. Biggs dan Tefler dalam Dimyati 2006 mengungkapkan motivasi belajar siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiada nya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar Hamdu dan Agustina, 2011. Pelaksanaan pembelajaran seni lebih khusus seni tari, di SMA pada umumnya masih menggunakan pendekatan subject-centered curriculum. Kompetensi seni tari yang akan dicapai belum jelas. Pembelajaran tentang eksplorasi gerak tari dalam Seni Budaya sering Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 2 2019 160 DOI 2579-7700 1693-5276 diberikan tetapi masih sebagian siswa belum banyak memahaminya. Permasalahan belajar bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat tampak saat pelajaran Seni Budaya diberikan, terutama tentang materi pembelajaran eksplorasi gerak tari. Tentu diperlukan sebuah kiat solusi agar permasalahan tersebut bisa teratasi dengan segera. Padahal pelajaran ini tidak sesulit yang dibayangkan namun kenyataannya masih ada yang sukar memahaminya. Disini guru berupaya untuk mencari jalan keluar agar permasalahan segera diatasi, dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas PTK berharap masalah pembelajaran eksplorasi gerak tari tuntas tepat pada waktunya. Oleh karena itu peneliti berharap dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas PTK di kelas XI IPS 1 ini agar masalah belajar tersebut di atas terselesaikan. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pembelajaran Seni Tari Menurut Tim Abdi Guru 2007, hlm. 105 mengemukakan bahwa“seni tari gerak terangkai yang berirama sebagai ekspresi jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat unsur keindahan wiraga/tubuh, wirama/iranma, wirasa/penghayatan, dan wirupa/wujud. Tari dapat berfungsi sebagai sarana keagamaan, Sarana Pergaulandan Tontonan. Jenis-jenis tarian yang ada di Nusantara yaitu dibagi atas Tari Tradisional, Tari Kreasi Baru dan Tari Kontemporer. Pendidikan seni bertujuan 1 memperoleh pengalaman seni berupa pengalaman apresiasi seni dan pengalaman ekspresi seni, 2 memperoleh pengetahuan seni, misalnya teori seni, sejarah seni, kritik seni dan lain-lain Kusumastuti, 2014. Pendidikan seni sebagai mata pelajaran di sekolah karena pendidikan seni memilik isifat multilingual, multidimensional, dan multikultural Syakhruni, 2018. Paulette Cote 2006 menyatakan bahwa isi pendidikan tari harus diajarkan dan dipelajari melalui 3 komponen esensial, yaitu meliputi a. Membuat Tarian. Komponen ini terdiri dari mempelajari proses komplek tentang mengkreasi rangkaian tari. b. Menampilkan tarian. Komponen ini menekankan pada pengembangan, kehalusan perasaan, dan penguasaan. c. Mengapresiasi. Komponen ke-3 ini, diusulkan oleh Redfern, sebagai sesuatu yang paling menguntungkan pendidikan. 2. Metode Stimulus Respon Metode Stimulus Respon merupakan pembelajaran yang menginteraksikan antara stimulus dan respon. Stimulus adalah merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal yang bisa diungkap melalui alat indra. Stimulus atau perangsang adalah situasi objektif, yang wujudnya dapat bermacam-macam. Respon adalah reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar yang berupa gerakan, tindakan dan lain-lain. a. Prinsip metode stimulus respon Apabila stimulus memberikan akibat yang positif atau memberi reward maka respon terhadap stimulus tersebut akan diulangi pada kesempatan lain dimana stimulus yang sama timbul. Respons siswa adalah bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan atau stimulus dari guru. Sebaliknya apabila respon memberikan akibat yang negatif, hubungan dengan stimulus respon tersebut akan dihindari pada kesempatan lain. b. Unsur-unsur metode stimulus respon 1 Saling berasosiasi kemungkinan masalah bisa diselesaikan dalam proses pembelajaran. 2 Membentuk satu ikatan sehingga menggambarkan suatu kemampuan. 3 Dibimbing, dibina dan dilatih secara kontinu dan secara efektif. c. Aturan metode stimulus respon 1 Perhatikan situasi siswa 2 Perhatikan respon yang diharapkan dari situasi tersebut 3 Ciptakan dengan sengaja antara stimulus dan respon bukan dipola dengan sendirinya. Henny. Meningkatkan Pembelajaran Eksplorasi.... DOI 2579-7700 1693-5276 4 Lihatlah situasi dan kondisi yang kondusif. 5 Buat hubungan yang baik antar siswa sehingga menghasilkan perbuatan nyata. 6 Arahkan kepada kehidupan sehari-hari. d. Fungsi stimulus respons 1 Pembangkitan Stimulus yang langsung memberikan suatu respons. Misalnya makanan yang disajikan langsung menimbulkan air liur orang yang melihatnya. 2 Disteriminasi Stimulus yang tidak langsung menimbulkan respons. Misalnya mendengar ada tukang siomay lewat belum ada respons tetapi setelah melihat penjual baru meresponnya. 3 Reinforcement Stimulus yang menimbulkan konsekuensi yang positif atau negatif pada terbentuknya respons. Misalnya A. Positif Seorang anak yang menolong orang lain kemudian mendapat pujian dan hadiah, maka ia cenderung untuk mengulangi lagi. B. Negatif Seorang anak yang gemuk dan selalu diejek oleh temannya, manakala ia berprestasi menjadi juara kelas tidak lagi diejek. Maka ia akan mengulangi lagi meningkatkan terus prestasinya. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Januari 2018 dan Siklus II pada tanggal 5 Pebruari 2018 dan yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 1. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK yang mengacu kepada Model PTK Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat kegiatan pokok, perencanaan planning, pelaksanaan action, pengamatan observation dan refleksi reflection. a. Rencana Planing Merupakan upaya mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana PTK hendaknya cukup fleksibel untuk dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tidak dapat diduga dan kendala yang belumkelihatan. Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awalyang reflektif. b. Tindakan Acting Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar danterkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. c. Observasi Observing Observasi memilki fungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan pandangan dan pikiran serta bersifat responsif. d. Refleksi Reflection Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Data Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 1, soal tes 1 dan dan tes 2 serta media pembelajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus I dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan Januari 2018 di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat dengan jumlah siswa 41 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Pengamatan observasi dilaksanakan bersamaan Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 2 2019 162 DOI 2579-7700 1693-5276 75,49 81,54 65,85 0102030405060708090100Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pencapaian KKMdengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa diberi tes 1 dan tes 2 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang sudah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes 1 dan tes 2. c. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dengan alokasi waktu per pertemuan sebanyak 2 jam pelajaran 2 x 45 menit. Penjabaran hasil tindakan Siklus I pertemuan pertama dan kedua secara lengkap dideskripsikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil penilaian memperlihatkan bahwa tingkatan pencapaian hasil belajar selama diadakan pembelajaran dengan metode stimulus respon melalui soal jawaban Siklus I belum menunjukkan hasil yang maksimal. Data secara parsial memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar data pertemuan pertama sampai kedua sebesar 6,05 poin dari nilai terendah kelas 75,49 menjadi 81,54. Namun setelah dianalisa secara kumulatif nilai rerata Siklus I dari pertemuan pertama dan kedua yakni nilai tertinggi 85, nilai terendah 70, nilai rerata kelas sebesar 78,51 dan pencapaian KKM 75 sebanyak 27 orang 65,85 % dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 41 orang. Walau demikian secara kumulatif hasil belajar siswa belum sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian tetapi setidaknya metode stimulus respon melalui soal jawaban memiliki pengaruh yang baik pada hasil belajar siswa dilihat secara perorangan. Singkatnya hasil belajar Siklus 1 belum sesuai dengan indikator penelitian sebesar 85 %. Siswa mencapai KKM sebesar 75 yakni hanya mencapai 65,85% sebagaimana tersaji dalam Diagram berikut ini Gambar 1 Pencapaian Indikator Penelitian Siklus I Belum tercapainya indikator keberhasilan pembelajaran tentunya terkait dengan beberapa kelemahan yang ada selama kegiatan pembelajaran Siklus I pertemuan pertama dan kedua berlangsung. Temuan lain dalam Siklus I Henny. Meningkatkan Pembelajaran Eksplorasi.... DOI 2579-7700 1693-5276 sebagaimana diungkapkan oleh observer yakni a. Kondisi siswa yang tidak konsentrasi dan selalu mengganggu temannya. b. Siswa masih terlihat belum memahami dengan tuntas pembelajaran eksplorasi gerak tari dengan menggunakan metode stimulus respon. Dari uraian tersebut di atas, masih belum optimal pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan pembelajaran dengan metode stimulus respon pada Siklus II. Peneliti dalam hal ini memberikan refleksi atas kelemahan yang dimiliki selama kegiatan pembelajaran Siklus 1 guna diterapkan selanjutnya seperti diuraikan berikut ini. a. Peneliti berupaya 1 memberi motivasi baik secara verbal maupun non verbal bagi siswa yang belum memahami materi, 2 mengadakan pengawasan agar siswa fokus dengan tugas dalam kelompok yang sedang dibahas. b. Meningkatkan pemahaman yang sangat baik tentang Seni Budaya, peneliti terus memberikan motivasi agar siswa serius dalam meningkatkan melaksanakan tugas dalam kelompok dengan pembelajaran eksplorasi gerak tari. 2. Analisis Data Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 2, soal tes 3 dan soal tes 4 serta media pembelajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus II dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan Januari 2018 di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat dengan jumlah siswa 41 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa diberi tes 3 dan tes 4 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang sudah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes 3 dan tes 4. c. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II Siklus II dilaksanakan selama 2 pertemuan dengan alokasi waktu per pertemuan sebanyak 2 jam pelajaran 2 x 45 menit . Gambaran hasil tindakan Siklus II yang terdiri dari pertemuan ketiga dan keempat dapat dijelaskan sebagai berikut. Berdasarkan hasil penilaian dapat dipaparkan bahwa tingkat pencapaian hasil belajar selama pembelajaran dengan menggunakan metode stimulus respon Siklus II tergolong sangat baik, memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar dari pertemuan ketiga dan keempat sebesar 7,80 poin dari nilai rerata kelas 86,22 menjadi 94,02. Sementara hasil analisa secara kumulatif nilai rerata Siklus II dari pertemuan ketiga dan keempat yakni nilai tertinggi 95 nilai terendah 85, nilai rerata kelas sebesar 90,12 dan pencapaian KKM 75 sebanyak 41 orang 100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 41 orang. Data ini memperlihatkan bahwa indikator keberhasilan penelitian telah tercapai mastery learning dan sesuai dengan indikator keberhasilan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penjelasan di atas tersebut memperlihatkan bahwa hasil belajar Siklus II mencapai 100% atau dapat dikatakan bahwa indikator penelitian sebesar 85% siswa memperoleh KKM sebesar 75 tercapai sebagaimana tersaji dalam Diagram C 2 sebagai berikut. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 2 2019 164 DOI 2579-7700 1693-5276 86,22 94,02 100 0102030405060708090100Pertemuan 3 Pertemuan 4 Pencapaian KKMGambar 2 Pencapaian Indikator Penelitian Siklus II Tercapainya indikator keberhasilan pembelajaran tidak lepas dari upaya yang telah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran Siklus II. Adapun dua refleksi yang diambil dari akhir pembelajaran Siklus I dan selanjutnya pada Siklus II guna memperbaiki kegiatan pembelajaran adalah 1 Guru mengklasifikasikan siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat berdasarkan tingkat intelegensi yang selanjutnya diterapkan dalam pembelajaran yakni setiap anggota kelompok terdiri dari 65,85 % siswa dengan predikat di atas rata-rata dan sisanya 34,15 % berada di bawah rata-rata. 2 Peneliti menambah pembelajaran Seni Budaya melalui tugas kelompok di sekolah guna memberikan pemahaman yang mendalam tentang materi yang diajarkan. Hasil ini sebenarnya belum mencapai tingkat kesempurnaan dalam pembelajaran. Meskipun demikian peneliti memutuskan untuk menghentikan tindakan pada Siklus II dikarenakan keterbatasan waktu dan supaya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat. d. Deskripsi Peningkatan Hasil Tindakan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proses pembelajaran menggunakan metode stimulus respon mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hasil observasi dan refleksi memperlihatkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode stimulus respon yang telah dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat memperlihatkan adanya peningkatan pada a. Nilai rerata kelas dari Siklus I sebesar 78,51 menjadi 90,12 pada Siklus II atau terjadi peningkatan nilai rerata kelas sebanyak 11,41 poin dari skala penilaian 0-100. b. Pencapaian nilai KKM sebanyak 34,15% yakni dari 68,35% pada Siklus I menjadi 100% pada Siklus II. Singkatnya terdapat KKM dari Siklus I, dan II seperti tersaji dalam Diagram 3 berikut ini. Henny. Meningkatkan Pembelajaran Eksplorasi.... DOI 2579-7700 1693-5276 65,85 100 0102030405060708090100Siklus I Siklus IIGambar 3 Pencapaian KKM E. KESIMPULAN Keberhasilan dalam meningkatkan pembelajaran eksplorasi gerak tari pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat melalui metode stimulus respon sangat menyenangkan gurunya karena telah mampu memperbaiki kesulitan belajar siswanya yang selalu mengalami kesulitan dari materi Seni Budaya. Penelitian Tindakan Kelas PTK ini ternyata efektif hasilnya dimana mampu menuntaskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa selama ini. Keberhasilan PTK ini dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa kelas XI IPS 1 ini bisa dilihat di setiap siklus yang ada di dalam PTK ini yaitu ada dua Siklus. Siklus I siswa mendapat 65,85 % meningkat menjadi 100 % di Siklus II. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P., & Widiyanti, N. 2000. Psikologi dalam perusahaan PT. Rineka Cipta Jakarta. Cote, P. 2006. The power of dance in society and education Lessons learned from tradition and innovation. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 775, 24-46. Destrinelli. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran Seni Tari untuk Pendidikan Guru Sekolah Dasar Analisis terhadap Kemampuan Praktek Menari Mahasiswa Pgsd Fkip Universitas Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 171, 42-58. Dimyati, M. 2006. Learning and Learning. Jakarta, Rineka Cipta. Guru, T. A. 2007. Seni Budaya SMP Kelas VII. Demak Erlangga. Hamdu, G., & Agustina, L. 2011. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal penelitian pendidikan, 121, 90-96. Hartono. 2012. Pembelajaran Tari Anak Usia Dini. Semarang Unnes Press Hendrilianti, Y. 2015. Model Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa Tuna Rungu Di Smplb-B Budi Nurani Kota Sukabumi. Jurnal Penelitian Pendidikan, 152. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 2 2019 166 DOI 2579-7700 1693-5276 Kusumastuti, E. 2014, Penerapan Model Pembelajaran Seni Tari Terpadu Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal mimbar sekolah dasar. 11, 7-15. Sudiasa, I. B. K. 2017. Internasionalisasi Pelatihan Tari dan Musik Tradisi Melalui Metode Eksploratif Kinsetetik Di LFJ. Louis Charles Damais Jakarta Selatan. Pengabdian Pada Masyarakat. Sarwahita, 1401, 61-74. Syakhruni, S. 2018, July. PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS SENI BUDAYA BAGI SISWA SMA DI MAKASSAR. In Prosiding Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, pp. 371-382. Badan Penerbit UNM. Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta Depdiknas. Yustisia, P., & Yustisia, T. P. 2007. Panduan penyusunan KTSP lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD SMP dan SMA. Tim Pustaka Yustisia, Pustaka Yustisia. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Eny Eny KusumastutiThe learning model is a fusion of dance integrated approach to free expression, discipline and multicultural. The problem is how to form and execution of an integrated model of learning the art of dance in elementary school students. The purpose of this study was to determine and implement an integrated model of learning in elementary school students. This study uses the approach of Research and Development R & D, engineering data collection through observation, interviews, and documentation, as well as the validity of the data using triangulation of data analysis process includes three grooves activities as a system, namely data reduction, data presentation, and conclusion. The results showed that the integrated model of learning dance implemented through three stages 1 disciplinary approaches, 2 using a multicultural approach that includes process flow that is penengenalan appreciation, understanding, appreciation and evaluation, 3 approach in which free expression using creation method which ideas and concepts, plugging into a new motion products. Advice, elementary school teachers should use the integrated arts learning model that students have the experience to appreciate and be creative. Keywords integrated learning model, free expression, discipline, CôtéTraditionally, concepts such as art appreciation, student-centered learning, and holistic wellness have often been at odds with educational priorities on selected school subjects and teacher-centered learning. Education reform around the world has triggered shifts from traditional to innovative practices in education. This article addresses the link between society and dance education, and how each may act as an agent of change on the other. Keeping in mind that there may be positive and negative aspects in both tradition and innovation, key concepts in dance education teacher-training programs are examined. Finally, recommendations to honor students' artistic achievements and maximize dance appreciation for life are dalam perusahaan PTP AnoragaN WidiyantiAnoraga, P., & Widiyanti, N. 2000. Psikologi dalam perusahaan PT. Rineka Cipta Model Pembelajaran Seni Tari untuk Pendidikan Guru Sekolah Dasar Analisis terhadap Kemampuan Praktek Menari Mahasiswa Pgsd Fkip Universitas JambiDestrinelliDestrinelli. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran Seni Tari untuk Pendidikan Guru Sekolah Dasar Analisis terhadap Kemampuan Praktek Menari Mahasiswa Pgsd Fkip Universitas Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 171, DimyatiDimyati, M. 2006. Learning and Learning. Jakarta, Rineka motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasarG HamduL AgustinaHamdu, G., & Agustina, L. 2011. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal penelitian pendidikan, 121, Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa TunaHartono. 2012. Pembelajaran Tari Anak Usia Dini. Semarang Unnes Press Hendrilianti, Y. 2015. Model Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa Tuna Rungu Di Smplb-B Budi Nurani Kota Sukabumi. Jurnal Penelitian Pendidikan, 152.Internasionalisasi Pelatihan Tari danI B K SudiasaSudiasa, I. B. K. 2017. Internasionalisasi Pelatihan Tari dan Musik Tradisi Melalui Metode Eksploratif Kinsetetik Di LFJ. Louis Charles Damais Jakarta Selatan. Pengabdian Pada Masyarakat. Sarwahita, 1401, Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasionalDepdiknasDepdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta penyusunan KTSP lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD SMP dan SMAP YustisiaT P YustisiaYustisia, P., & Yustisia, T. P. 2007. Panduan penyusunan KTSP lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD SMP dan SMA. Tim Pustaka Yustisia, Pustaka Yustisia.
Nusantara merupakan kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Di dalamnya terdiri atas berbagai macam suku, adat, dan budaya yang memiliki keunikan tersendiri. Seni merupakan hasil dari budaya. Keragaman budaya menghasilkan keragaman seni, termasuk di dalamnya seni tari. Tari Bali, tari Jawa, tari Sunda atau tari lainnya di Nusantara merupakan wujud nyata hasil budaya masing- masing etnis. Meskipun begitu, ketika berada di dunia internasional tari-tari etnis tersebut diakui sebagai tari Nusantara atau tari Nasional Indonesia. Ungkapan ekspresi yang terdalam, banyak diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satu di antaranya dalam bentuk gerakan, yaitu tarian. Ungkapan ekspresi tersebut berfungsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Penciptaan tari Nusantara pada umumnya merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan material dan spiritual. Dari segi spiritual, banyak tari Nusantara yang diciptakan sebagai media untuk kegiatan yang bersifat ritual dan sakral serta banyak mengandung unsur magis. Selain itu, tari-tarian diciptakan untuk memperoleh kepuasan batin spiritual di mana tari-tarian tersebut berperan sebagai sarana pertunjukan yang tidak jarang di dalamnya mengandung pula unsur-unsur pendidikan, norma, nilai atau pesan- pesan untuk kepentingan tertentu. Dari segi material, banyak tari Nusantara yang dijadikan seni pertunjukan komersial sehingga para pelaku yang terlibat dalam seni pertunjukan tersebut memperoleh keuntungan material. Dari isi artikel di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa Ungkapan ekspresi yang terdalam banyak diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satu di antaranya adalah ekspresi bentuk gerakan, yaitu tarian. Tari-tarian diciptakan untuk memperoleh kepuasan batin spiritual di mana tari-tarian tersebut berperan sebagai sarana pertunjukan yang tidak jarang di dalamnya mengandung pula unsur-unsur pendidikan, norma, nilai atau pesan-pesan untuk kepentingan tertentu. Jenis tarian terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu tari tunggal, tari kelompok atau berpasangan, dan tari massal. Unsur-unsur tari adalah wiraga, wirasa, wirama, dan wirupa. Demikianlah artikel tentang Apresiasi Seni Tari, Fungsi Tari Tunggal Nusantara, semoga artikel ini dapat membantu anda dalam mempelajari seni tari. Baca juga Definisi Kosmetika Untuk Refleksi Dapatkah Anda menjelaskan fungsi tari tunggal Nusantara di daerah Anda? Apakah Anda mengetahui jenis, unsur dan latar belakang tari tunggal daerah tersebut? Carilah informasi yang belum Anda peroleh melalui buku, majalah, atau internet, dan tingkatkan terus pengetahuan anda. Jangan lupa selalu kunjungi terus situs blog saya ini, karena saya akan selalu update terus isi dari blog ini.
Oleh Tri Utami SSn, Guru SMPN 3 Boyolali APRESIASI merupakan segala bentuk aktivitas memberikan nilai atau penghargaan pada sebuah karya seni tertentu. Dilihat secara segi etimologi kata “Apresiasi” berasal dari bahasa latin, yakni “Apreciatio” yang berarti menghargai. Apabila ditinjau dari segi terminologi kata “Apresiasi” berarti sebagai proses penilaian atau penghargaan positif yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu. Penerapan perilaku tersebut memiliki tujuan untuk memberikan sebuah edukasi terhadap khalayak ramai tentang nilai dan juga dasar-dasar penciptaan suatu karya seni yang sedang diamati. Seni tari merupakan salah satu cabang dari mata pelajaran seni budaya. Pada dasarnya, manusia menciptakan sebuah karya seni berupa tari sesuai dengan ungkapan hidup dan juga rangkuman gerak yang bersumber dari alam sekeliling 20087. Sebuah karya seni tari tersebut memiliki beberapa unsur-unsur utama dalam pembentukannya yakni wiraga gerakan tubuh, wirama irama pengiring tarian, serta wirasa ekspresi atau perasaan. Dari keseluruhan unsur-unsur tari tersebut saling berhubungan dan melengkapi satu dengan yang lain serta memiliki kandungan nilai-nilai tersendiri pada setiap detailnya. Hal ini yang kemudian harus ditanamkan kembali terhadap para siswa dan siswi untuk bisa lebih cinta dan bangga pada budaya sendiri, yang bisa dimulai dengan langkah pemberian tugas dan materi. Misalnya “Apresiasi Unsur Utama Tari Pada Pertunjukan Tari Pendhet”. Tahap pertama yang akan dilakukan adalah guru menerangkan terlebih dahulu tentang arti dari sebuah tari, jenis-jenis tari, dan juga unsur-unsur utama tari. Selain memberikan penjelasan tersebut, guru juga menjabarkan arti dari sebuah apresiasi dari sebuah karya seni tari. Tahap kedua, setelah para siswa sudah memahami materi dari penjelasan seni tari dan juga apresiasi karya, maka selanjutnya guru akan memperlihatkan sebuah video pertunjukkan tari pendhet. Apabila di video yang diperlihatkan pada pertemuan di kelas kurang dipahami oleh para siswa/siswi, maka guru akan memberikan file video tersebut untuk dicermati dan dikaji ulang untuk dirumah. Tahap ketiga, dari pengamatan video pertunjukkan tari pendhet diatas, para siswa/siswi diberikan tugas untuk mengapresiasi tarian tersebut. Apresiasi tari pendhet tersebut diklasifikasikan sesuai dengan unsur-unsur utama tari, antara lain wiraga, wirasa, dan wirama. Dalam tahap apresiasi tari ini, guru akan memberikan form isian sesuai dengan ketentuan tugas diatas. Tahap keempat, apabila para siswa/siswi telah menyelesaikan pengamatan video dan juga mengisi form apresiasi yang telah dibagikan oleh guru. Maka, tahap selanjutnya adalah mempresentasikan hasil pekerjaan masing-masing. Dari proses presentasi ini akan dapat dilihat bagaimana para siswa/siswi menguasai materi perihal apresiasi karya seni tari. Hasil apresiasi tiap individu pastinya akan berbeda-beda, dan akan menjadi bahan evaluasi tiap siswa/siswi mengenai hasil pekerjaan masing-masing. Penerapan pembelajaran menggunakan metode seperti ini telah berhasil dilakukan dalam mata pelajaran Seni Budaya kelas 8 SMP Negeri 3 Boyolali. Hasil kesimpulan yang didapatkan secara keseluruhan, para siswa/siswi lebih memahami arti penting dari sebuah apresiasi karya seni tari daerah dari aspek-aspek unsur utama tari yang dimulai sederhana dengan cara melakukan pengamatan dari sebuah video pertunjukkan tari. Melalui pembelajaran ini juga dapat membentuk karakteristik para siswa/siswi untuk lebih bangga dan cinta terhadap budaya daerah sendiri. *
DAFTAR ISI 1. Hasil apresiasi tari dapat menghasilkan Hasil apresiasi tari dapat menghasilkan a. Sesuatu produk yang inovatif dan kreatif. b. Mendapatkan pengalaman, wawasan dan kekaguman terhadap karya seni tari c. Menimbulkan rasa percaya diri dan status sosial yang tinggi karena dapat menilai karya seni tari d. Kebosanan, kejenuhan dan ketidaktertarikan terhadap karya seni tari KUNCI JAWABAN a. Sesuatu produk yang inovatif dan kreatif
hasil apresiasi tari dapat menghasilkan